Sunday 24 April 2016

Ketika Tuhan "Menjebloskan" Saya ke Kampus yang Tepat

"Ting tung", bunyi notif BB saya di malam hari.

Saya buka pesan yang masuk ke hp saya tadi. Dengan mata agak ngantuk saya baca perlahan, rupanya dari adik kelas saya semasa SMP. Dia bertanya ke saya tentang tempat kuliah saya saat ini.

"Mas aku mau daftar kuliah ini, mau nyobak daftar di kampusnya sampeyan!"

"Oh iya, daftar aja dek siapa tau bisa masuk", jawab saya. Agak senang memang jika ada adik kelas yang ingin sekampus dengan saya, setidaknya menunjukkan kalau kampus saya kuliah ini lumayan laris hehe.

"Mas, jurusan apa ya yang bagus di sana?", lanjut bertanya.
"Setauku sih dek di sini yang favorit itu teknik informatika sama kesehatan", agak ragu sebenarnya, mengingat jawaban saya ini hanya berdasar katanya.

"Oalah iya mas. Kesehatan isinya apa aja sih?"
"Ada gizi sama rekam medik dek", jawab saya.

"Lo mas aku pengen masuk gizi ini! tapi kok aku baru tau ya yang namanya rekam medik? itu apaan sih?"
"Itu prodinya kaya administrasi dek, tapi bidang kesehatan, kaya di rumah sakit - rumah sakit itu", jawabku pakai bahasa polos, supaya dia gak bingung. Padahal, arti sebenarnya gak sesempit itu sih.

"Loala... menarik juga yo...", ekspresi adik kelas saya rupanya agak kagum hehe.
"Makanya kamu masuk-o sini ya!", sambil promosi nih.

"Mas, kata guruku kalau milih prodi suruh ngelirik akreditasinya. Nah akreditasi kampus sampeyan itu gimana?", wih ternyta adik kelas saya ini pertanyaannya sampai sejauh itu. Ngomong-ngomong saya agak sensitif juga kalau dengar kata akreditasi. Pasalnya, akreditasi kampus saya memang sudah "B" atau baik. Tapi prodi yang saya jalani ini masih "C". Iya! Masih "C"!!!.

Dari penggalan chat saya dengan adik kelas saya tadi mengingatkan saya pada betapa galaunya saya saat masuk kuliah. Coba bayangkan, ketika saya masih stres akibat gagal lulus SNMPTN beberapa minggu kemudian sudah harus menghadapi SBMPTN. Tekanan yang kalian rasakan saat ini, juga pernah saya rasakan ketika mau masuk kuliah dulu. Awalnya saya daftar SBMPTN di beberapa prodi, di 2 PTN terbaik di Jawa Timur. Akreditasinya A dan saya lulus. Lulus pada prodi Matematika Murni yang katanya scientist banget. Bebarengan juga saya lulus UMPN di Politeknik Negeri yang akreditasinya masih "B". Orang tua saya sih memberikan kebebasan kepada saya. Tapi entah mengapa saya lebih srek pada prodi di Politeknik Negeri ini. 

Jebret!!! Serangkaian proses sudah terlewati, so langsung skip aja yah hehe.

Saya daftar ulang di Politeknik. Sudah habis uang banyak dan tinggal tunggu masuk ospek dan kuliahnya saja. Setiap buka sosmed selalu lihat cerita teman-teman yang masuk di Universitas so levelnya udah S-1 sedangkan saya "masih" di D-4 alias S-1 Terapan. Agak minder juga sih, apalagi ada yang bilang D-4 itu S-1 yang dianak tirikan dan sebagainya, tapi itu gak bener kok. Pasti dan dijamin hehe. Dalam otak saya berpikir "Goblok banget ya saya  pilih prodi di politeknik yang notabenenya cuma Diploma. Helo? udah gak jaman diploma kali.." Maklum ya readers, isi otak anak gak pernah kuliah hehe. Lama kelamaan perasaan itu hilang, terlebih ketika memasuki masa-masa UTS semester 1. Saya semakin pede dengan tempat kuliah saya. Tentu itu tidak tanpa alasan ya. Alasan saya merasa nyaman kuliah di sini adalah rasa syukur. Saya sangat bersyukur "dijebloskan" Tuhan ke sini. Ada banyak ilmu yang sesungguhnya lebih saya sukai dan kuasai di sini. Tentu lebih menyenangkan dibandingkan program studi di Universitas yaitu Matematika, sama sekali gak ada passion, lah wong milihnya juga asal milih wkwk, jujur nih ya. 

Jika dilihat saya saat masa SMA, sebenarnya saya juga tidak mengalami kesulitan yang sangat di bidang matematika, namun jika passion sudah berkata tidak suka mau bagaimana lagi?
Sedangkan kuliah saya saat ini (rekam medik) menawarkan kurikulum yang sebenarnya sangat saya sukai di SMA, antara lain; IT (Pemrograman), Biomedik (Kedokteran Dasar), Kesehatan masyarakat, dll. Saya sangat semangat kuliah di sini. Semakin hari semakin optimis saya dalam menjalani kuliah, karena saya rasa memang ini passion saya. Hampir semua mata kuliah di prodi ini saya sukai, tidak ada yang dibenci sama sekali. Apalagi lingkungan sosialnya, rasa kekerabatan dan persahabatannya tinggi sekali. Temen-temen juga lucu-lucu, unik juga. Dan ketika semester awal kemarin, indeks prestasi (IP) saya juga lumayan memuaskan. Bisa saja itu semua tidak saya dapatkan di tempat lain. Memang prodi saya ini tidak keren dan akreditasi masih pas-pasan. Namun saya yakin bahwa akreditasi prodi saya ini bukan pertanda bahwa pendidikannya masih alakadarnya.Terbukti, fasilitas di kampus saya sangat memadai. Dosen - dosen yang mengampu juga sangat profesional dan berkualifikasi tinggi, ada yang alumnus pascasarjana UGM, UNAIR, UNDIP, UNS, ITS juga. Namun memang perlu dimaklumi bahwa prodi saya ini memang masih baru, so sangat wajar jika akreditasinya masih cukup. Padahal proses pendidikannya bisa dikatakan Excelent :)

Akreditasi Prodi C awas! Gak laku kerja!
Awalnya saya sempat merasa minder, kecewa, bisa mati nih kalau habis kuliah mahal-mahal ternyata pas mau kerja ditolak di mana-mana. Hmm.
Saya bukanlah tipe orang yang selalu berpatokan pada status yang tertulis semacam akreditasi. Saya lebih percaya akan kemampuan diri saya. Saya yakin bahwa saya bisa bersaing dengan lulusan yang lainnya. Untuk mencapai itu saya kuliah dengan sangat serius (gak segawat kaya di tulisan blog ini sih hehe) dan terus mengasah hard dan softskill saya. Inshaallah semuanya akan lancar. Banyak kok alumnus dari prodi saya ini yang sudah bekerja di instansi negeri, nasional, maupun internasional. Wuh keren kan? Sedangkan lulusan kampus yang keren, tapi tidak mampu mengembangkan skillnya juga akan kalah bersaing di dunia kerja. Apalagi saingannya sudah sangat ketat. So jangan dipikirkan!

Dan dari itu semua saya sangat bersyukur.
Ternyata pilihan saya tidak salah. Sangat tepat, dan tentu pasti ada campur tangan Tuhan. Terimakasih ya Allah.
Alhamdulillah.

Sekian
Rendi Adiansa
Mahasiswa Baru 2015

Wednesday 13 April 2016

MNC Media yang "Sok" Eksklusif

Apa kira2 yang membuat MNC Media saat ini menjadi perusahaan konten provider yang (sok) Eksklusif? 
Banyak sekali daftar problem yang ditimbulkan dari kebijakan MNC Media belakangan ini, yang terbaru adalah persetruan dengan perusahaan telekomunikasi BUMN PT. TELKOM, produknya indiHome. Selain itu, kabarnya MNC juga meminta perusahaan tv berbayar yang tidak mau diajak bekerja sama untuk menurunkan channel-channel besutan MNC (RCTI,MNCTV,GlobalTV). Dan kemarin MNC Pictures merilis sinetron / drama seri "Kabayan Sekolah Lagi". Saat itu promo di Dahsyat, tayang di channel indhouse milik Indovision. Jika semua isu tadi kita tarik hubungan dengan kebutuhan politik sang pemilik, bukankah harusnya channel yang FTA dibiarkan tayang di platform manapun. Hitung-hitung numpang promo gratis, anda senang, perusahaan untung, pak bos jaya? tetapi logika itu justru tidak berlaku di dalam korporasi MNC. hehe tergolong unik memang untuk perusahaan besar sekelas MNC.